Allah Tidak mengazab kaum LGBT jaman sekarang ?
Kicauan ini telah menyebar luas secara viral di sosmed, namun dari banyak komentar yang saya temukan, belum ada yang benar2 menjawab pertanyaan pemilik status, karena bagaimanapun juga di sana terdapat kata "Kenapa?", yang meskipun pertanyaan ini salah, tapi mari coba kita temukan jawabannya…
Jadi, jika yang ditanya adalah "Kebijakan Tuhan" –yang– kenapa koq tidak mengadzab negeri2 pro-LGBT, maka jawaban yang dapat mewakili akan Maksud Tuhan itu tidak lain adalah Firman Tuhan itu sendiri. Oleh karena itu, di sini saya akan menukilkan Firman Allah yang termaktub dalam Al-Qur'an.
A'udzubillahi minasy-syaithonirrojiiim… Bismillahirrahmanirrahim…
وَإِذَا تُتْلَى عَلَيْهِمْ آيَاتُنَا قَالُوا قَدْ سَمِعْنَا لَوْ نَشَاءُ لَقُلْنَا مِثْلَ هَذَا إِنْ هَذَا إِلَّا أَسَاطِيرُ الْأَوَّلِينَ (31) وَإِذْ قَالُوا اللَّهُمَّ إِنْ كَانَ هَذَا هُوَ الْحَقَّ مِنْ عِنْدِكَ فَأَمْطِرْ عَلَيْنَا حِجَارَةً مِنَ السَّمَاءِ أَوِ ائْتِنَا بِعَذَابٍ أَلِيمٍ (32) وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُعَذِّبَهُمْ وَأَنْتَ فِيهِمْ وَمَا كَانَ اللَّهُ مُعَذِّبَهُمْ وَهُمْ يَسْتَغْفِرُونَ (33)
31. "Dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat kami, mereka berkata: "Sesungguhnya kami telah mendengar (ayat-ayat yang seperti ini), kalau kami menghendaki niscaya kami dapat membacakan yang seperti ini, (Al-Qur'an) Ini tidak lain hanyalah DONGENG-DONGENGAN orang-orang purbakala".
32. Dan (ingatlah), ketika mereka (orang-orang musyrik) berkata: "Ya Allah, jika betul (Al-Qur'an) ini, dialah yang benar dari sisi Engkau, Maka hujanilah kami dengan batu dari langit, atau DATANGKANLAH KEPADA KAMI azab yang pedih".
33. Dan Allah sekali-kali tidak akan mengadzab mereka, SEDANG KAMU BERADA DI ANTARA MEREKA. Dan tidaklah (pula) Allah akan mengazab mereka, SEDANG MEREKA MEMINTA AMPUN.
(QS. Al-Anfal: 31-33)
Sekarang coba Fokus dengan tulisan kapital yang saya Capslock.
Jadi begini, dulu saat Rasulullah menceritakan tentang nasib bangsa2 yang diadzab oleh Allah, kaum musyrikin Makkah malah meledek Rasulullah dan menantang Allah seraya mengatakan kalo itu semua hanyalah dongeng.
Namun meskipun kaum musyrikin Makkah itu telah meminta diturunkan adzab, Allah tetap tidak menurunkan adzab kepada mereka secara massal.
Mengapa?
Pertama: karena Rasulullah masih berada bersama mereka (Wa Anta Fiihim), baik saat Rasulullah berada di Makkah di tengah2 kaum musyrik, maupun saat Rasulullah telah di Madinah, kedua2nya tidak menafikan bahwa Rasulullah berada di tengah-tengah umatnya. Dan baik saat Rasulullah masih hidup, atau setelah Rasulullah wafat, kedua2nya tidak menafikan keberadaan Rasulullah di tengah-tengah umatnya. Hal tersebut dikarenakan Rasulullah tetap hidup di alam kuburnya dan jasad para Nabi itu utuh tak dimakan oleh tanah. Intinya, semenjak Rasulullah lahir dan hingga detik ini, beliau masih dan senantiasa berada di tengah-tengah umatnya. Ini alasan yang pertama.
Kedua: karena di dalam umat Nabi Muhammad Saw. ini masih terdapat orang 2yang senantiasa memohon ampunan kepada Allah (Wa Hum Yastaghfiruun). Jadi meskipun di era modern seperti kala ini, dimana kita telah mengenal konsep kewarganegaraan; ada negara Indonesia, negara Amerika dan seterusnya, tapi tetap saja semua bangsa di dunia saat ini adalah Umat Nabi Muhammad Saw. Atu lebih tepatnya adalah umat dakwah. Dan selama dalam umat ini masih ada orang yang ber-Istighfar, Allah takkan menjatuhkan adzab secara massal kepada seluruh umat ini layaknya adzab yang pernah diturunkan kepada umat2 terdahulu. Baru sampai akhir masa nanti, saat di dunia ini tinggal orang2 kafir saja, tiada satupun muslim, dan bahkan Ka'bah telah dihancurkan, maka kala itu Allah akan menurunkan adzab terbesar berupa hari kiamat, yang ini adalah kehancuran paripurna yang tiada bandingannya.
Itulah dua alasan medasar mengapa Allah tidak mengadzab umat ini. Karena Allah telah memberikan keistimewaan bagi Nabi Muhammad dan umatnya, yang itu tidak diberikan kepada bangsa2 terdahulu. Jadi seharusnya hal ini membuat kita bersyukur, karena Allah tidak Menyegerakan adzab bagi kita dan cenderung Mengulur waktu bagi kita agar kita dapat berpikir dan bertobat, jadi bukan malah tak sabaran dan menantang Allah agar segera menurunkan Murka-Nya.
Selain itu, mempertanyakan Kebijakan Allah itu sendiri sebenarnya sebuah pertanyaan lancang bin kurang ajar, karena Allah Sendiri telah berfirman;
لا يُسْأَلُ عَمَّا يَفْعَلُ وَهُمْ يُسْأَلُونَ (23)
"Dia tidak ditanya tentang apa yang diperbuat-Nya dan merekalah yang akan ditanyai." (QS. Al-Anbiya': 23)
Jadi Tuhan-lah Yang akan Menanyai manusia atas apa yang mereka perbuat, bukan manusia yang menanyai Tuhannya atas apa Yang Dia Lakukan.
Pun juga, Allah dalam Memperlakukan segala sesuatu di alam semesta ini semua Murni Atas Iradah-Nya, jadi meskipun terjadi sebuah kasus yang sama terhadap dua objek yang berbeda, lalu Allah Memperlakukannya secara berbeda itu semua adalah Hak Preogratif Allah.
Misalkan saja: Nabi Musa, Nabi Isa dan Nabi Muhammad semuanya sama-sama pernah dikejar, diburu dan mau dibunuh kaum kafir, tapi mengapa hanya Nabi Isa yang diangkat ke langit? Sedangkan Nabi Musa dibiarkan berlari sendiri dari Mesir ke Madyan, dan Rasulullah dibiarkan lari dari Makkah ke Madinah? Mengapa Allah tidak mengangkat Nabi Musa dan Nabi Muhammad ke langit saja biar mudah? Itu semua murni Kehendak Allah, dengan cara bagaimana Ia Menolong para utusan-Nya.
Dan juga, fir'aun dan qarun sama-sama mati dalam kondisi teradzab, tapi mengapa qarun mati ditelan bumi berikut hartanya, sedangkan fir'aun mati ditelan laut berikut pasukannya? Mengapa jasad qarun tidak diselamatkan sedangkan jasad fir'aun diselamatkan? Mengapa harus ada pembedaan adzab antara keduanya padahal keduanya sama2 kafir yang hidup semasa? Itu semua murni Kehendak Allah, dengan cara bagaimana Ia Mengadzab hamba-Nya.
Jadi yang terpenting bagi kita dari cerita2 itu semua adalah; mengambil pelajaran darinya.
Kaidahnya: Jika di dalam Al-Qur'an terdapat kisah tentang seseorang atau sebuah bangsa yang memiliki kelakuan tertentu, lalu kemudian orang atau bangsa tersebut diadzab, ini artinya bahwa kelakuan tersebut dilarang dan diharamkan, karena maksud dari konteks alur cerita Al-Qur'an yang menyandingkan sebuah "Kelakuan" tertentu dengan "Adzab" tertentu, itu tidak lain menunjukkan akan keharaman perbuatan tersebut. Inilah maksud dari seluruh cerita2 yang terdapat di dalam Al-Qur'an, yaitu sebagai peringatan bagi orang-orang yang mau berpikir, alias Ulil Abshar. Ya, Ulil Abshar!
Wallahu A'lam Bis-Shawab.
Sumber : https://www.facebook.com/photo.php?fbid=10153920958602065&set=a.10150294621842065&type=3&theater
Jadi, jika yang ditanya adalah "Kebijakan Tuhan" –yang– kenapa koq tidak mengadzab negeri2 pro-LGBT, maka jawaban yang dapat mewakili akan Maksud Tuhan itu tidak lain adalah Firman Tuhan itu sendiri. Oleh karena itu, di sini saya akan menukilkan Firman Allah yang termaktub dalam Al-Qur'an.
A'udzubillahi minasy-syaithonirrojiiim… Bismillahirrahmanirrahim…
وَإِذَا تُتْلَى عَلَيْهِمْ آيَاتُنَا قَالُوا قَدْ سَمِعْنَا لَوْ نَشَاءُ لَقُلْنَا مِثْلَ هَذَا إِنْ هَذَا إِلَّا أَسَاطِيرُ الْأَوَّلِينَ (31) وَإِذْ قَالُوا اللَّهُمَّ إِنْ كَانَ هَذَا هُوَ الْحَقَّ مِنْ عِنْدِكَ فَأَمْطِرْ عَلَيْنَا حِجَارَةً مِنَ السَّمَاءِ أَوِ ائْتِنَا بِعَذَابٍ أَلِيمٍ (32) وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُعَذِّبَهُمْ وَأَنْتَ فِيهِمْ وَمَا كَانَ اللَّهُ مُعَذِّبَهُمْ وَهُمْ يَسْتَغْفِرُونَ (33)
31. "Dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat kami, mereka berkata: "Sesungguhnya kami telah mendengar (ayat-ayat yang seperti ini), kalau kami menghendaki niscaya kami dapat membacakan yang seperti ini, (Al-Qur'an) Ini tidak lain hanyalah DONGENG-DONGENGAN orang-orang purbakala".
32. Dan (ingatlah), ketika mereka (orang-orang musyrik) berkata: "Ya Allah, jika betul (Al-Qur'an) ini, dialah yang benar dari sisi Engkau, Maka hujanilah kami dengan batu dari langit, atau DATANGKANLAH KEPADA KAMI azab yang pedih".
33. Dan Allah sekali-kali tidak akan mengadzab mereka, SEDANG KAMU BERADA DI ANTARA MEREKA. Dan tidaklah (pula) Allah akan mengazab mereka, SEDANG MEREKA MEMINTA AMPUN.
(QS. Al-Anfal: 31-33)
Sekarang coba Fokus dengan tulisan kapital yang saya Capslock.
Jadi begini, dulu saat Rasulullah menceritakan tentang nasib bangsa2 yang diadzab oleh Allah, kaum musyrikin Makkah malah meledek Rasulullah dan menantang Allah seraya mengatakan kalo itu semua hanyalah dongeng.
Namun meskipun kaum musyrikin Makkah itu telah meminta diturunkan adzab, Allah tetap tidak menurunkan adzab kepada mereka secara massal.
Mengapa?
Pertama: karena Rasulullah masih berada bersama mereka (Wa Anta Fiihim), baik saat Rasulullah berada di Makkah di tengah2 kaum musyrik, maupun saat Rasulullah telah di Madinah, kedua2nya tidak menafikan bahwa Rasulullah berada di tengah-tengah umatnya. Dan baik saat Rasulullah masih hidup, atau setelah Rasulullah wafat, kedua2nya tidak menafikan keberadaan Rasulullah di tengah-tengah umatnya. Hal tersebut dikarenakan Rasulullah tetap hidup di alam kuburnya dan jasad para Nabi itu utuh tak dimakan oleh tanah. Intinya, semenjak Rasulullah lahir dan hingga detik ini, beliau masih dan senantiasa berada di tengah-tengah umatnya. Ini alasan yang pertama.
Kedua: karena di dalam umat Nabi Muhammad Saw. ini masih terdapat orang 2yang senantiasa memohon ampunan kepada Allah (Wa Hum Yastaghfiruun). Jadi meskipun di era modern seperti kala ini, dimana kita telah mengenal konsep kewarganegaraan; ada negara Indonesia, negara Amerika dan seterusnya, tapi tetap saja semua bangsa di dunia saat ini adalah Umat Nabi Muhammad Saw. Atu lebih tepatnya adalah umat dakwah. Dan selama dalam umat ini masih ada orang yang ber-Istighfar, Allah takkan menjatuhkan adzab secara massal kepada seluruh umat ini layaknya adzab yang pernah diturunkan kepada umat2 terdahulu. Baru sampai akhir masa nanti, saat di dunia ini tinggal orang2 kafir saja, tiada satupun muslim, dan bahkan Ka'bah telah dihancurkan, maka kala itu Allah akan menurunkan adzab terbesar berupa hari kiamat, yang ini adalah kehancuran paripurna yang tiada bandingannya.
Itulah dua alasan medasar mengapa Allah tidak mengadzab umat ini. Karena Allah telah memberikan keistimewaan bagi Nabi Muhammad dan umatnya, yang itu tidak diberikan kepada bangsa2 terdahulu. Jadi seharusnya hal ini membuat kita bersyukur, karena Allah tidak Menyegerakan adzab bagi kita dan cenderung Mengulur waktu bagi kita agar kita dapat berpikir dan bertobat, jadi bukan malah tak sabaran dan menantang Allah agar segera menurunkan Murka-Nya.
Selain itu, mempertanyakan Kebijakan Allah itu sendiri sebenarnya sebuah pertanyaan lancang bin kurang ajar, karena Allah Sendiri telah berfirman;
لا يُسْأَلُ عَمَّا يَفْعَلُ وَهُمْ يُسْأَلُونَ (23)
"Dia tidak ditanya tentang apa yang diperbuat-Nya dan merekalah yang akan ditanyai." (QS. Al-Anbiya': 23)
Jadi Tuhan-lah Yang akan Menanyai manusia atas apa yang mereka perbuat, bukan manusia yang menanyai Tuhannya atas apa Yang Dia Lakukan.
Pun juga, Allah dalam Memperlakukan segala sesuatu di alam semesta ini semua Murni Atas Iradah-Nya, jadi meskipun terjadi sebuah kasus yang sama terhadap dua objek yang berbeda, lalu Allah Memperlakukannya secara berbeda itu semua adalah Hak Preogratif Allah.
Misalkan saja: Nabi Musa, Nabi Isa dan Nabi Muhammad semuanya sama-sama pernah dikejar, diburu dan mau dibunuh kaum kafir, tapi mengapa hanya Nabi Isa yang diangkat ke langit? Sedangkan Nabi Musa dibiarkan berlari sendiri dari Mesir ke Madyan, dan Rasulullah dibiarkan lari dari Makkah ke Madinah? Mengapa Allah tidak mengangkat Nabi Musa dan Nabi Muhammad ke langit saja biar mudah? Itu semua murni Kehendak Allah, dengan cara bagaimana Ia Menolong para utusan-Nya.
Dan juga, fir'aun dan qarun sama-sama mati dalam kondisi teradzab, tapi mengapa qarun mati ditelan bumi berikut hartanya, sedangkan fir'aun mati ditelan laut berikut pasukannya? Mengapa jasad qarun tidak diselamatkan sedangkan jasad fir'aun diselamatkan? Mengapa harus ada pembedaan adzab antara keduanya padahal keduanya sama2 kafir yang hidup semasa? Itu semua murni Kehendak Allah, dengan cara bagaimana Ia Mengadzab hamba-Nya.
Jadi yang terpenting bagi kita dari cerita2 itu semua adalah; mengambil pelajaran darinya.
Kaidahnya: Jika di dalam Al-Qur'an terdapat kisah tentang seseorang atau sebuah bangsa yang memiliki kelakuan tertentu, lalu kemudian orang atau bangsa tersebut diadzab, ini artinya bahwa kelakuan tersebut dilarang dan diharamkan, karena maksud dari konteks alur cerita Al-Qur'an yang menyandingkan sebuah "Kelakuan" tertentu dengan "Adzab" tertentu, itu tidak lain menunjukkan akan keharaman perbuatan tersebut. Inilah maksud dari seluruh cerita2 yang terdapat di dalam Al-Qur'an, yaitu sebagai peringatan bagi orang-orang yang mau berpikir, alias Ulil Abshar. Ya, Ulil Abshar!
Wallahu A'lam Bis-Shawab.
Sumber : https://www.facebook.com/photo.php?fbid=10153920958602065&set=a.10150294621842065&type=3&theater
Posting Komentar untuk "Allah Tidak mengazab kaum LGBT jaman sekarang ?"
bebas berkomen asal sopan.